PERSEDIAAN (INVENTORY)
A. Pengertian
Persediaan
didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual
pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk
diproses, barang dalam proses manufaktur dan barang jadi yang disimpan untuk
dijual maupun diproses.
Persediaan
diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan barang
(bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir, dll) yang
secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer-stock) untuk
manghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung.
Untuk
lebih jelasnya mengenai persediaan, maka akan dipaparkan pengertian persediaan.
Pengertian persediaan akan dijelaskan dari beberapa defenisi berikut.
1.
Starr dan Miller (1997:3) menjelaskan bahwa inventory is theory hardly enquires
education and inventory immediately brings to minds a stock of some kind of
physical commodity.
2.
Rangkuti (2007:2) menyatakan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang
disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk
proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk
memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.
3. Baroto (dalam Riggs, 1976)
menyatakan bahwa persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work
in process), barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Dari
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material yang
berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan dalam
suatu tempat atau gudang dimana barang tersebut menunggu untuk diproses atau
diproduksi lebih lanjut.
B. Penyebab Persediaan
Persediaan
merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Baroto (2002:53) mengatakan
bahwa penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut.
1. Mekanisme pemenuhan atas
permintaan
Permintaan
terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak
tersedia sebelummya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk
pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit
dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam
ketidakpastian
Ketidakpastian
terjadi akibat: permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun
waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu
produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang
cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan.
Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
3. Keinginan melakukan
spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di
masa mendatang.
C. Jenis-Jenis Persediaan
Setiap
jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang
berbeda. Rangkuti (2007:15) memaparkan persediaan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis.
1. Persediaan bahan mentah (raw
material) yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu,
serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen
rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang
yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang
secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu
atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan
dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam
proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan
keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi.
5. Persediaaan barang jadi (finished
goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau
diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
D. Fungsi-Fungsi Persediaan
Pada
prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi
barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau konsumen.
Rangkuti
(2007:15) menjelaskan adapun fungsi-fungsi persediaan oleh suatu
perusahaan/pabrik adalah sebagai berikut.
1. Fungsi Decoupling
Adalah
persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan
tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar
perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal
kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar
departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga
“kebebasannya”.
Persediaan barang jadi diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan yang
diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan
lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal
ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih 9
besar
dibandingkan biaya- biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa
gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi
Apabila
perusahan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan
musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories).
E. Pengertian Pengendalian
Persediaan
Pengendalian
persediaan (Inventory Control) adalah penentuan suatu kebijakan
pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak yang dipesan
secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau dengan kata lain,
pengendalian persediaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan
tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapat
berjalan lancar.
Masalah
penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan.
Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan.
Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan
perusahaan akan menambah beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam
gudang, serta kemungkinan penyusutan dan kualitas yang tidak bisa
dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Sebaliknya
persediaan bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan kemacetan dalam
produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.
Apabila
persediaan bahan terlalu besar atau penentuan tingkat persediaan yang salah
dapat berakibat buruk dan menimbulkan perusahaan antara lain disebabkan oleh:
1.
penimbunan persediaan mengakibatkan modal tertanam terlalu besar,
2.
keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah kecil
mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar,
3. kekurangan persediaan yang
mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi,
Dan faktor-faktor yang
mempengaruhi persediaan bahan baku adalah:
1.
perkiraan pemakaian,
2.
harga bahan baku,
3.
biaya-biaya dari persediaan, yang meliputi biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan,
4.
pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan data
perusahaan,
5. waktu tunggu (lead time),
yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan barang sampai barang tersebut
tiba.Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan, cenderung bervariasi karena
tergantung dari jumlah barang yang dipesan dan waktu pemesanan.
F. Tujuan Pengendalian Persediaan
Divisi
yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan pengendalian
persediaan yang berbeda. Menurut Ginting (2007:125) menjelaskan bahwa tujuan
dari pengendalian persediaan adalah:
a.
pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan
persediaan dalam jumlah yang banyak.
b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi setup mesin). Di samping itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan,
c. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.
b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi setup mesin). Di samping itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan,
c. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.
G. Komponen Biaya Persediaan
Salah
satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Oleh karena itu,
menurut Nasution dan Prasetyawan (2008:121) dalam menentukan biaya persediaaan
perlu diketahui bahwa biaya-biaya yang mencakup dalam persediaan sebagai
berikut.
1. Biaya penyimpanan (holding
costs atau carrying costs), yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi
secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan
semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-
rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termassuk sebagai biaya
penyimpanan adalah:
a.
biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan,
dan sebagainya),
b.
biaya modal (opportunity costs of capital), yaitu alternative pendapatan
atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan,
c.
biaya keusangan,
d.
biaya penghitungan fisik,
e.
biaya asuransi persediaan,
f.
biaya pajak persediaan,
g.
biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan,
h.
biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
Biaya-biaya
tersebut di atas merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat
persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi
tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Biaya
penyimpanan persediaan berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau
harga barang. Untuk perusahaaan manufakturing biasanya, biaya penyimpanan
rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.
2. Biaya pemesanan atau
pembelian (ordering costs atau procurement costs). Biaya-biaya ini
meliputi:
a.
pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi,
b.
upah,
c.
biaya telepon,
d.
pengeluaran surat menyurat,
e.
biaya pengepakan dan penimbangan,
f.
biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan,
g.
biaya pengiriman ke gudang,
h.
biaya utang lancar dan sebagainya.
Pada
umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak
naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin
banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode
turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan
total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap
periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
3. Biaya kehabisan atau
kekurangan bahan (shortage costs)
Adalah
biaya yang timbul apabila persiapan tidak mencukupi adanya permintaan bahan.
Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a.
kehilangan penjualan,
b.
kehilangan pelanggan,
c.
biaya pemesanan khusus,
d.
biaya ekspedisi,
e.
selisih harga,
f.
terganggunya operasi,
g. tambahan pengeluaran
kegiatan manajerial dan sebagainya.
Biaya
kekurangan bahan sulit diukur dalam praktik, terutama karena kenyataannya biaya
ini sering merupakan opportunity costs yang sulit diperkirakan secara
objektif.
H. Sistem Pengendalian Persediaan
Sistem
persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan
yang berhubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk ini diperlukan
umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah
pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan
persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar
pesanan harus dilakukan.
Sistem
ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang
dalam proses, komponen dan bahan baku secara optimal, dan pada waktu yang
optimal. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan
persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya kekurangan
persediaan.
Variabel
keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan ke
dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif,
variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai berikut:
1.
berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat,
2.
kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan,
3.
berapa jumlah persediaan pengaman,
4. bagaimana mengendalikan
persediaan.
Secara
kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan
yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut:
1.
jenis barang apa yang dimiliki,
2.
dimana barang tersebut berada,
3.
berapa jumlah barang yang harus dipesan,
4. siapa saja yang menjadi
pemasok masing-masing item.
Secara
luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal terhadap
seluruh masalah yang berkaitan dengan persediaan. Dikaitkan dengan tujuan umum
perusahaan, maka optimalitas pengendalian persediaan sering kali diukur dengan
keuntungan maksimum yang dicapai. Karena perusahaan memiliki banyak subitem
lain selain persediaan, maka mengukur kontribusi
pengendalian persediaan dalam mencapai total keuntungan bukan hal mudah.
Optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimum
pada suatu periode tertentu (Baroto, 2002:54).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar